Cari Blog Ini

Jumat, 29 Mei 2015

Seribu Patung Penjaga Dunia

Ratusan patung dengan raut wajah berbeda menyambut kedatangan wisatawan yang berkunjung ke Tanjungpinang, Bintan. Butuh waktu lebih dari satu dekade untuk mewujudkan vihara yang memiliki jumlah patung terbanyak se-Asia Tenggara ini.

Sebuah benteng raksasa berkelir abu-abu menjulang tinggi di daerah Tangjungpinang, Bintan, Kepuluan Riau. Di sampingnya, berdiri dua patung kstaria yang mengenakan jubah perang ala prajurit China zaman dulu. Sedangkan di bagian atas, terdapat tiga buah bangunan serupa klenteng dengan atap berwarna merah. Gambaran tersebut adalah sebuah gerbang sebelum memasuki objek utama, Vihara Ksitigarbha Bodhisattva.

Vihara tersebut kini menjadi objek wisata teranyar dari daerah Bintan. Bangunan yang fungsi utamanya sebagai tempat ibadah umat Budha itu memiliki keunikan tersendiri dibanding banyak Vihara lainnya. Ya, sesuai namanya, Ksitigarbha Bodhisattva, vihara tersebut memiliki seribu patung. "Mereka semua adalah Luo Han," kata Bobby Jayanto, ketua yayasan Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, kepada Gatra.

Dalam ajaran agama Budha, Luo Han disebut Arhat, atau siswa Sang Buddha yang telah mencapai tingkat kesucian dengan memusnahkan segala nafsu. Menurut Bobby, setiap Luo Han kemungkinan besar nantinya akan menjadi dewa. "Tapi melalui proses panjang,� katanya. Para Luo Han ini, dipercaya umat Budha, kelak setelah meninggal akan menjadi relik atau benda yang disucikan. "Karena suci, maka relik mereka kelak akan disembah umat Budha."

Dalam kepercayaan agama Budha, para Luo Han ini digambarkan sebagai pengikut setia Sang Sidharta saat bersemedi. Awalnya, jumlahnya hanya sepuluh. Lambat laun, jumlah pengikut setia ini bertambah menjadi 16, 18 dan seterusnya. Diceritakan oleh Bobby, masing-masing dari Luo Han itu memiliki kesaktian berbeda-beda. "Mereka adalah penjaga dunia. Setiap sudut kehidupan ini mereka yang mengaturnya," kata Bobby.

Sebenarnya, tidak ada catatan sejarah yang tertulis secara rinci bagaimana wujud para Luo Han. Penggambaran pertama 18 Luo Han dibuat oleh Bhikkhu Guan Xiu  yang tinggal di Chengdu, China pada 891 Massehi. Guan Xiu sendiri menggambar para Luo Han dengan bentuk eksentrik, alis tebal, mata lebar, pipi menggantung, dan hidung besar. Semua Luo Han ala Guan Xiu dirupa layaknya gelandangan dan pengemis. Namun, gambaran Luo Han masa kini terlihat lebih modern dengan ekspresi yang beragam.

Ksitigarbha Bodhisattva sendiri menyajikan Luo Han dengan ekspresi kontomporer. Hal inilah yang menjadikan vihara tersebut unik. Satu Luo Han dengan lainnya memiliki ekspresi yang berbeda-beda. Ada   yang tertawa, tersenyum, melirik, membawa senjata tajam, mengendong kera dan macam-macam lagi.

Meski namanya adalah vihara seribu patung, namun sejatinya para Luo Han yang ada di sana tidak sampai segitu jumlahnya. Hal ini bisa diketahui bila dihitung jumlah keseluruhannya. Caranya mudah saja. Jumlah deret Luo Han ke samping, menurut Bobby, antara 50-56. Sedangkan Luo Han itu berjejer 9 shaf. "Jumlah Luo Han di sini 500 dan tidak akan ditambah lagi," kata Bobby. Meski jumlahnya tidak segenap namanya, namun hal itu sudah menjadikan Ksitigarbha Bodhisattva sebagai Vihara dengan jumlah patung terbanyak se-Asia Tenggara.

Vihara ini sendiri dibuat sejak 2004. Baru pada 23 Mei lalu, Vihara ini diresmikan oleh Arief Yahya, Menteri Pariwisata. Meski telah diresmikan, namun menurut Bobby, vihara ini belum 100% rampung. Untuk mempercantik Vihara, saat ini Ksitigarbha Bodhisattva belum dibuka untuk umum. "Mungkin akhir tahun ini akan dibuka," katanya.

Untuk mendirikan vihara tersebut dibutuhkan dana yang tak kecil. Contohnya untuk patung. Satu patung Lou Han, kata Bobby, dibutuhkan dana kurang lebih Rp 20 juta. Sedangkan Ksitigarbha Bodhisattva sendiri memiliki 500 Lou Han. Jadi anggaran untuk patungnya saja, mencapai sekitar Rp 100 milyar. Mahal? Memang. Sebab, semua patung tersebut dipahat seniman asal China.

"Setiap patung memiliki sertifikat resmi dan punya garansi 500 tahun tidak akan rusak," kata Bobby. Itu baru patung, belum gerbangnya dan pelataran untuk sembahyang. Untuk mendapatkan dana sebesar itu, kata Bobby, pihak yayasan mendapat sokongan dana dari banyak pihak yang tak terikat. Para penguasaha tersebut, menurut Bobby, kebanyakan berasal dari Singapura. "Karena pengusaha lokal kita belum terlalu paham."

Saat ini, menurut Bobby, banyak umat Budha di Indonesia dan sekitarnya, sangat ingin mengucapkan keinginannya di hadapan para Luo Han itu. Pasalnya, semua Luo Han memiliki kesaktian, dan beberapa diantarannya mengatur soal reinkarnasi. Nah, banyak dari umat Budha yang ingin berdoa agar para leluhur mereka dapat segera melewati reinkarnasi tersebut. "Jadi, banyak sekali umat yang berharap wihara ini dapat segera dibuka," katanya.

Bila umat Budha datang ke sana untuk beribadah, bagi masyarakat yang berbeda agama bisa juga berkunjung ke vihara tersebut. Pasalnya, vihara yang dirancang sesuai feng shui tersebut dibuka untuk umum. Biayanya, menurut Bobby, seikhlasnya saja. Tentu ada perasaan lain ketika ratusan "mata" memandang Anda dengan raut "wajah" yang berbeda. Selamat mencoba.

Andya Dhyaksa, Aditya Kirana (Bintan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar