Ratusan patung dengan raut wajah berbeda
menyambut kedatangan wisatawan yang berkunjung ke Tanjungpinang, Bintan.
Butuh waktu lebih dari satu dekade untuk mewujudkan vihara yang
memiliki jumlah patung terbanyak se-Asia Tenggara ini.
Sebuah benteng raksasa berkelir abu-abu
menjulang tinggi di daerah Tangjungpinang, Bintan, Kepuluan Riau. Di
sampingnya, berdiri dua patung kstaria yang mengenakan jubah perang ala
prajurit China zaman dulu. Sedangkan di bagian atas, terdapat tiga buah
bangunan serupa klenteng dengan atap berwarna merah. Gambaran tersebut
adalah sebuah gerbang sebelum memasuki objek utama, Vihara Ksitigarbha
Bodhisattva.
Vihara tersebut kini menjadi objek wisata
teranyar dari daerah Bintan. Bangunan yang fungsi utamanya sebagai
tempat ibadah umat Budha itu memiliki keunikan tersendiri dibanding
banyak Vihara lainnya. Ya, sesuai namanya, Ksitigarbha Bodhisattva,
vihara tersebut memiliki seribu patung. "Mereka semua adalah Luo Han,"
kata Bobby Jayanto, ketua yayasan Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, kepada
Gatra.
Dalam ajaran agama Budha, Luo Han disebut
Arhat, atau siswa Sang Buddha yang telah mencapai tingkat kesucian
dengan memusnahkan segala nafsu. Menurut Bobby, setiap Luo Han
kemungkinan besar nantinya akan menjadi dewa. "Tapi melalui proses
panjang,� katanya. Para Luo Han ini, dipercaya umat Budha, kelak setelah
meninggal akan menjadi relik atau benda yang disucikan. "Karena suci,
maka relik mereka kelak akan disembah umat Budha."
Dalam kepercayaan agama Budha, para Luo Han
ini digambarkan sebagai pengikut setia Sang Sidharta saat bersemedi.
Awalnya, jumlahnya hanya sepuluh. Lambat laun, jumlah pengikut setia ini
bertambah menjadi 16, 18 dan seterusnya. Diceritakan oleh Bobby,
masing-masing dari Luo Han itu memiliki kesaktian berbeda-beda. "Mereka
adalah penjaga dunia. Setiap sudut kehidupan ini mereka yang
mengaturnya," kata Bobby.
Sebenarnya, tidak ada catatan sejarah yang
tertulis secara rinci bagaimana wujud para Luo Han. Penggambaran pertama
18 Luo Han dibuat oleh Bhikkhu Guan Xiu yang tinggal di Chengdu, China
pada 891 Massehi. Guan Xiu sendiri menggambar para Luo Han dengan
bentuk eksentrik, alis tebal, mata lebar, pipi menggantung, dan hidung
besar. Semua Luo Han ala Guan Xiu dirupa layaknya gelandangan dan
pengemis. Namun, gambaran Luo Han masa kini terlihat lebih modern dengan
ekspresi yang beragam.
Ksitigarbha Bodhisattva sendiri menyajikan
Luo Han dengan ekspresi kontomporer. Hal inilah yang menjadikan vihara
tersebut unik. Satu Luo Han dengan lainnya memiliki ekspresi yang
berbeda-beda. Ada yang tertawa, tersenyum, melirik, membawa senjata
tajam, mengendong kera dan macam-macam lagi.
Meski namanya adalah vihara seribu patung,
namun sejatinya para Luo Han yang ada di sana tidak sampai segitu
jumlahnya. Hal ini bisa diketahui bila dihitung jumlah keseluruhannya.
Caranya mudah saja. Jumlah deret Luo Han ke samping, menurut Bobby,
antara 50-56. Sedangkan Luo Han itu berjejer 9 shaf. "Jumlah Luo Han di
sini 500 dan tidak akan ditambah lagi," kata Bobby. Meski jumlahnya
tidak segenap namanya, namun hal itu sudah menjadikan Ksitigarbha
Bodhisattva sebagai Vihara dengan jumlah patung terbanyak se-Asia
Tenggara.
Vihara ini sendiri dibuat sejak 2004. Baru
pada 23 Mei lalu, Vihara ini diresmikan oleh Arief Yahya, Menteri
Pariwisata. Meski telah diresmikan, namun menurut Bobby, vihara ini
belum 100% rampung. Untuk mempercantik Vihara, saat ini Ksitigarbha
Bodhisattva belum dibuka untuk umum. "Mungkin akhir tahun ini akan
dibuka," katanya.
Untuk mendirikan vihara tersebut dibutuhkan
dana yang tak kecil. Contohnya untuk patung. Satu patung Lou Han, kata
Bobby, dibutuhkan dana kurang lebih Rp 20 juta. Sedangkan Ksitigarbha
Bodhisattva sendiri memiliki 500 Lou Han. Jadi anggaran untuk patungnya
saja, mencapai sekitar Rp 100 milyar. Mahal? Memang. Sebab, semua patung
tersebut dipahat seniman asal China.
"Setiap patung memiliki sertifikat resmi dan
punya garansi 500 tahun tidak akan rusak," kata Bobby. Itu baru patung,
belum gerbangnya dan pelataran untuk sembahyang. Untuk mendapatkan dana
sebesar itu, kata Bobby, pihak yayasan mendapat sokongan dana dari
banyak pihak yang tak terikat. Para penguasaha tersebut, menurut Bobby,
kebanyakan berasal dari Singapura. "Karena pengusaha lokal kita belum
terlalu paham."
Saat ini, menurut Bobby, banyak umat Budha di
Indonesia dan sekitarnya, sangat ingin mengucapkan keinginannya di
hadapan para Luo Han itu. Pasalnya, semua Luo Han memiliki kesaktian,
dan beberapa diantarannya mengatur soal reinkarnasi. Nah, banyak dari
umat Budha yang ingin berdoa agar para leluhur mereka dapat segera
melewati reinkarnasi tersebut. "Jadi, banyak sekali umat yang berharap
wihara ini dapat segera dibuka," katanya.
Bila umat Budha datang ke sana untuk
beribadah, bagi masyarakat yang berbeda agama bisa juga berkunjung ke
vihara tersebut. Pasalnya, vihara yang dirancang sesuai feng shui
tersebut dibuka untuk umum. Biayanya, menurut Bobby, seikhlasnya saja.
Tentu ada perasaan lain ketika ratusan "mata" memandang Anda dengan raut
"wajah" yang berbeda. Selamat mencoba.
Andya Dhyaksa, Aditya Kirana (Bintan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar